Gay Erotic Stories

Setiap peringatan Hari Proklamasi 17 Agustus selalu saja hatiku merasa galau.Galau memikirkan masa depanku. Aku lahir dan besar di Indonesia, tetapi aku berkewarganegaraan Australia. Karena Daddy [ayahku] orang bule Australia sedangkan Mum [ibuku] orang Indonesia Asli.

Sesuai dengan aturan undang-undang[undang-undang ta'i] yang berlaku di Indonesia waktu aku lahir, maka aku harus ikut kewarganegaraan ayahku. Waktu aku berumur sepuluh tahun - orang-tuaku bercerai dan Daddy memutuskan untuk pulang ke Melbourne, Australia,dan aku ikut Mum di Jakarta, Indonesia.

Mum mendidik dan membesarkan aku cara Indonesia. Aku juga sekolah di sekolah Indonesia. Tetapi, karena aku bukan Warga Negara Indonesia,maka aku tidak bisa masuk SD,SMP/SLTP atau SMA/SMU Negeri. Oleh karena itu, aku selalu sekolah di sekolah swasta, antara lain juga di sekolah Katholik. Meskipun demikian, di rumah aku selalu berbahasa Inggris,baik dengan Daddy maupun dengan Mum.Walau -pun dengan orang lain aku berbahasa Indonesia atau bahasa-daerah yang aku kuasai.

Aku lebih hafal tentang Indonesia dibandingkan tentang Australia.Aku lebih hafal lagu "Indonesia Raya" dibandingkan "Advance Australia Fair",lagu kebangsaan Australia. Aku bahkan tidak tahu hari-hari nasional atau hari-hari penting Australia. Kecuali mungkin Hari Natal [Christmas] tanggal 25 Desember dan tahun baru [New Year] tanggal 1 Januari.Jujur saja,aku lebih cinta Indonesia dari pada Australia.

Karena sepanjang hidupku selama 27 tahun praktis aku selalu tinggal di Indonesia, sebetulnya aku bisa saja pindah kewarganegaran menjadi Warga Negara Indonesia [RI].Tetapi Daddy,ayahku, selalu berpikir praktis. Beliau menganggap bahwa dengan statusku sebagai Warga Negara Australia,aku toh tetap dapat tinggal dan bekerja di Indonesia. Asalkan aku memenuhi kewajibanku,seperti membayar pajak orang asing, memperpanjang izin tinggal, memperpanjang izin kerja, dan sebagainya. Kata Daddy :

"There is no need to change anything", artinya : "Tak ada yang perlu dirubah".

"Just continue your life as it is now",tambah beliau lagi.Artinya: "Lanjutkan hidupmu seperti sekarang".

Aku tahu bahwa dibalik kata-kata Daddy sebetulnya ada kekhawatiran beliau akan "kehilangan" aku. Beliau khawatir jika aku jadi Warga Negara RI [Indonesia] maka seakan-akan tidak ada sesuatu yang mengikat aku dengan beliau. Kecuali status beliau sebagai ayahku yang sah dan sebagai ayah biologis-ku. Daddy memang sangat mencintai aku. Setiap hari beliau selalu menelepon aku,dimana-pun juga beliau berada, dan dimana pun juga aku berada.Dalam usiaku yang hampir tiga dasa warsa, Daddy juga masih memberiku allowance [tunjangan atau uang saku] dan beliau juga yang membayar semua risiko aku tinggal di Indonesia. Termasuk membayar pajak orang asing dan biaya perpanjangan izin-tinggalku mau pun izin-kerjaku di Indonesia. Meskipun demikian aku selalu galau. Karena aku tidak pernah tinggal, sekolah, dan bekerja di Australia. Padahal aku : Orang Australia. Yang jadi pikiran dan kegalauanku adalah : Bagaimana jika aku harus keluar dari Indonesia, kalau oleh sesuatu hal terjadi pergolakan politik? Apa yang harus aku lakukan jika terjadi apa-apa dengan Daddy[meninggal dunia misalnya].Meskipun aku tahu bahwa Daddy sudah mempersiapkan segala sesuatunya dengan baik dan cermat [termasuk akta waris atau surat warisan - yang dalam Bahasa Inggris disebut "will"]. Pada peringatan Hari Proklamasi Indonesia ke-62, Daddy singgah di Jakarta,meskipun hanya beberapa jam saja.Memang beliau selalu berusaha singgah di Jakarta jika memungkinkan, agar beliau bisa jumpa denganku anak tunggal beliau. Setelah jumpa aku, beliau melanjutkan perjalanan beliau ke Eropa [melalui Singapura] untuk urusan bisnis.

KUNJUNGAN JAN VAN ERNST

Waktu Daddy mengunjungi aku di apartemenku,Daddy memperkenalkan aku dengan seorang pemuda Indo [Eurasia] campuran Indonesia - Belanda namanya : Jan [dibaca Yan].Nama panjangnya adalah Jan van Ernst atau tepatnya ir Jan van Ernst. Huruf "ir" adalah gelar akademik[yang selalu ditulis dengan huruf kecil], singkatan dari "ingeneur", yang di Indonesia kira-kira sama dengan Ir [Insinyur].

Jan memang datang bersama Daddy dari liburan di Australia. Dia khusus datang ke Indonesia untuk mengenal negeri nenek-moyangnya.Karena,nenek ibu-nya [great grand-mother] adalah orang Indonesia. Daddy mengenal Jan karena perusahaan tempat Jan bekerja di Negeri Belanda punya relasi bisnis dengan perusahaan Daddy.

Nenek dan kakek Jan meninggalkan Indonesia pasca Proklamasi 17 Agustus 1945,mungkin sekitar tahun 1950. Jan sendiri lahir di Negeri Belanda dan belum pernah ke Indonesia sebelumnya.Kelak dalam obrolanku dengan Jan, ternyata dia tahu banyak tentang Indonesia.Sebab,Jan banyak baca informasi tentang Indonesia dari buku-buku dan juga dari situs internet.

Jan berumur sekitar 25 tahun dan dia tinggal di Leiden, Negeri Belanda [Nederland].Jan bekerja di suatu perusahaan konstruksi. Meskipun Jan punya darah Indonesia, Jan hanya tahu beberapa patah kata Indonesia - dan praktis dia tidak bisa ber-bahasa Indonesia.Kami berkomunikasi dengan Bahasa Inggris, karena perbendaharaan kata-kata Belanda ku juga tak cukup untuk berkomunikasi dengan Jan.

Sebetulnya [seperti umumnya orang Belanda yang terpelajar]Jan juga lancar bicara Bahasa Perancis dan Jerman. Tapi masalahnya aku yang tidak fasih Bahasa Perancis atau pun Jerman.

Aku senang berjumpa dengan Jan,karena dia tampan dan berwajah mirip orang Indonesia tetapi warna kulitnya terang [putih tapi tidak bule], rambut-nya hitam - mungkin wajahnya agak sedikit mirip Prince William anak Putri Diana - tetapi menurut penilaianku Jan lebih tampan dari Prince William.

Melihat ketampanan Jan tentu saja aku menggunakan akal-bulusku dan aku menawarkan Jan untuk tinggal bersamaku di apartemenku.Aku tidak menawarkan Jan untuk tinggal di apartemen Daddy,karena aku tidak sempat membahasnya dengan Daddy.

Sebelum aku menawarkan pada Jan untuk tinggal ber -samaku, sengaja aku mengajak Jan untuk melihat-lihat suasana sekitar apartemen yang memang asri dan amat menyenangkan untuk orang Belanda yang biasa tinggal di negeri dingin itu.

Jan rupanya berminat juga tinggal bersamaku.Apa lagi aku menggunakan "ilmu pelet"-ku dikombinasi dengan tenaga prana,cakra,aura,dan energi positif yang aku punya sebagai Master Reiki. Tetapi aku tidak berani menggunakan ilmu yang aku dapatkan dari guru-guruku untuk memikat Jan, aku takut ilmuku hilang ter-erosi oleh perbuatan cabulku!

Aku suka sekali dengan Jan. Ketampanannya amat menggemaskan. Waktu pertama kali jumpa Jan, dia hanya mengenakan singlet,celana pendek dan sandal jepit.Tetapi wajahnya yang tampan, kulitnya yang putih [tapi tidak bule],lengannya yang kekar dan berotot dan bulu-keteknya yang hitam terjepit di bawah lengannya - membuat terbit air liurku dan ngacengnya kontolku. Ta'i! Karena penampilan Jan bernuansa Asia, maka Jan terkesan muda dan imut-imut.Benar-benar menggemaskan! Dengan memperhati-kan tinggi tubuh,berat badan,dan juga otot-otot Jan,aku memperkirakan[dan amat berharap] agar Jan punya kontol besar yang disunat ketat.Tentu saja aku juga harap-harap cemas, apakah kira-kira Jan mau diajak hubungan sex sejenis!

Waktu Daddy singgah di apartemenku bersama Jan, Jan memang baru mendarat dari Australia dan Daddy mengajak Jan langsung ke apartemenku. Jadi, dia belum check in di hotel dan dia membawa kopernya. Karena itu dia bisa langsung masuk ke apartemen-ku.Kebetulan pemandangan dari jendela salah satu kamar tidur di apartemenku amat bagus, sehingga Jan jadi betah dan dia segera mengambil foto-foto di situ.Malam itu aku ajak Jan makan di luar lalu kami ke diskotik sampai sekitar pukul 23:00.

Aku tidak bisa membatalkan janji bisnisku untuk menemani Jan jalan-jalan di Jakarta dan sekitar-nya.Termasuk Museum Gajah, Bina Ria Ancol, Taman Mini Indonesia Indah,Kebun Raya Bogor,dan Puncak.

Oleh karena itu aku minta izin bos perusahaan iklan langgananku untuk meminjamkan Yopie untuk menemani Jan. Aku meminjamkan salah satu mobilku untuk dipakai Yopie bersama Jan.Ternyata kegiatan jalan-jalan itu makan waktu dua hari.

Pada hari ketiga aku mengajak Jan ke Yogya untuk kemudian dilanjutkan ke Bali.Semula Jan yang akan menanggung seluruh biaya perjalanan itu tapi aku minta agar dia hanya menanggung dirinya sendiri. Sedangkan biaya untuk aku, aku akan menanggung sendiri.

BERSETUBUH DENGAN JAN

Tiap kali aku jalan bersama Jan, ada rasa bangga dalam diriku. Bukan karena dia berparas setengah bule seperti aku,tetapi karena Jan memang tampan.

Jika biasanya aku cemburu kalau cowok yang jalan bareng denganku dilirik orang,kali ini aku justru merasa senang dan bangga. Bahkan meski Jan hanya mengenakan singlet atau T-Shirt,bercelana pendek, dan bersandal-jepit tapi Jan tetap enak dipandang dan tetap menawan dan memukau.

Aku juga suka pada Jan karena Jan rajin mandi dan rajin ganti baju,dan dia tidak pernah bau badan, bau keringat, bau ketek atau bau mulut. Menurut Jan,nenek dan juga ibunya yang berdarah Indonesia lah yang mengajarinya untuk "hidup bersih".Karena itu meskipun Jan sering hanya mengenakan singlet dan bulu-keteknya lumayan lebat,tapi aku tidak pernah mencium bau yang tidak sedap dari tubuhnya yang kekar dan atletis itu!

Bahkan di Yogya dan di Bali aku mengusulkan agar di hotel, aku dan Jan tinggal sekamar saja,supaya lebih efisen. Jan tidak keberatan.

Tanpa sepengetahuan Jan, diam-diam aku minta agar kami berdua diberi kamar dengan satu tempat tidur saja yang muat untuk dua orang. Dengan demikian aku bisa lebih dekat dengan Jan dan syukur-syukur aku bisa mencicipi tubuh, pejuh, dan kontolnya.

Sewaktu di apartemenku aku sudah sering melihat Jan telanjang bulat.Karena Jan tak pernah menutup pintu kamar-tidur mau pun kamar-mandi jika dia sedang berada di dalamnya. Padahal aku lihat di dalam kamar-tidur pun Jan sering telanjang bulat.

Jika tidur malam Jan selalu bertelanjang bulat saja. Jika berada di rumahku Jan sering telanjang dada.Oleh karena itu aku hafal betul semua bagian tubuh Jan.Dadanya menonjol ke depan,perutnya rata dan dihiasi tonjolan otot-otot yang membentuk six -packs. Puting susunya amat indah, ketat, tegang dan melenting! Aku bersyukur bahwa ternyata Jan punya kontol yang besar disunat ketat [high and tight]- jembutnya hitam, tebal, lebat,dan tumbuh luass serta enak dilihat!

Kedua biji-pelernya membulat dan ukurannya serasi dengan ukuran kontolnya.Setiap kali aku mendapat kesempatan melihat ketelanjangan Jan, aku merasa amat bahagia, dan aku selalu memasang niat bahwa suatu saat aku harus dan aku akan menikmati tubuh -nya yang indah itu! Di Yogya dan Bali semuanya berjalan baik.Di Yogya kami jalan ke Borobudur,Prambanan,Keraton Yogya, dan Malioboro. Di Bali kami jalan-jalan ke Kuta, Sanur, Ubud, Trunyan,dan Tanah Lot. Semuanya itu dikebut dalam waktu sekitar empat hari.Sebab,Jan hanya tinggal di Indonesia sekitar seminggu. Di Yogya,pada saat malam pertama aku tidur bareng dengan Jan satu tempat tidur, perasaanku sudah tidak karuan. Jantungku berdebar keras, darahku seakan mengalir cepat dan terasa seperti berdesir -desir.Apalagi Jan terbaring terlentang disamping -ku telanjang bulat.Akhirnya aku tidak mampu lagi menguasai diriku.Apalagi waktu itu pun aku tidur bertelanjang bulat!

Kontolku sudah sejak awal mengeras, ngaceng, dan tegang. Aku mendekati Jan untuk menciumi lengan- nya yang kekar dan dengan terbata-bata, dan tanpa malu-malu aku berkata :

"Jan.I love you. I want you", artinya : "Jan.Aku cinta padamu. Aku ingin kamu".

Jan memiringkan tubuhnya ke arahku dan tersenyum tampan sekali. Aku sempat melirik kontolnya yang besar dan menegang.Kami pun berpelukan,berciuman, bergumul, bersetubuh.Saling meneggesekkan tubuh saling menjamah,menggerayangi,mengelus, meremas. Entah apa lagi.Pendeknya aku merasa nikmat, penuh nafsu dan berahi!Tubuh Jan terasa ketat, kenyal, hangat, mulus dan nikmat!!Persetubuhan kami makin intens dan makin intens sampai tubuh kami basah- kuyup bercucuran keringat dan terasa licin dan nikmat.Kemudian Jan mengambil ancang-nacang akan menyodomi silitku. Aku pasrah saja. Pelan-pelan kontol Jan menembus boolku dan terasa menyumpal. Kemudian aku merasakan dorongan-dorongan nikmat yang menekan prostatku sehingga kontolku menjadi makin ngaceng,tegang, keras dan nikmat! Kemudian dengan gentle dan lembut,Jan mengelus-ngelus dan meremas kontolku yang membikin rasa nikmat yang menggila,apalagi Jan juga mengelus puting susuku. Agh!Gila!Nikmat!Nikmaat!Nikmaaat! Bukan buatan!

Mau rasanya aku seumur hidup berada dalam keadaan dientot oleh Jan seperti itu! Tapi mana ada yang kekal di dunia ini? Maka, rangsangan-rangsangan Jan mengantarkan aku [dan dia] ke puncak syahwat dan rasanya nyawaku sudah moksa ke nirwana dan akhirnya : CROOOOOOOOOOOOOOT! CROOOOOOOOOOOOOOOT! Pejuhku, air maniku, spermaku, semenku muncrat!

Pejuhku muncrat saat kontolku ada dalam genggaman tangan Jan dan pejuh Jan muncrat saat kontolnya masih bersarang di dalam silitku!Pejuhku muncrat, muncrat, dan muncrat terus,seakan kontolku ingin melampiaskan semua nafsu yang sudah terakumulasi sejak berhari-hari. Aku merasa puas dan lampias! Dengan demikan aku seakan telah mencapai tingkat kesunyataan yang mulia. Seakan aku telah menjadi Boddisatwa!

Aku tak pernah tanya pada Jan, apakah dia hanya suka laki-laki atau kah dia juga suka perempuan [bi-sex].Aku hanya memikirkan bagaimana aku bisa menikmati tubuh dan kontolnya sesering mungkin!

Bagaimana pun juga aku amat bersyukur bahwa Jan mau diajak hubungan-sex sejenis. Seandainya Jan menolak ajakanku, aku tidak bisa membayangkan bagaimana perasaanku waktu itu! Setelah persetubuhan di Yogya, aku juga mengajak Jan ngentot dengan aku di Bali, dan juga setelah kami kembali ke Jakarta.Jika dibandingkan dengan perbuatan-perbuatan cabulku sebelumnya dengan ber -macam-macam cowok, maka ngentot dengan Jan ada lah yang paling nikmat dan "paling terasa"!

ANTICLIMAX

Belum pernah aku merasa demikian nikmat seperti saat aku ngentot dengan Jan! Begitu sering aku ngentot dengan laki-laki atau dientot oleh laki-laki. Tapi entotan Jan memang luar-biasa nikmat-nya. Apakah karena kami sama-sama berdarah Indo [Eurasia] sehingga aku dan Jan cocok,serasi, dan matched?Aku tidak tahu!Yang pasti,waktu Jan yang masih tersisa tidak aku sia-siakan.Dimanapun ada kesempatan,aku selalu minta Jan untuk bersetubuh. Ya!Kami benar-benar bersetubuh.Bergumul, menyatu-kan badan dan jiwa kami!Dalam suatu persetubuhan dan pergumulan sesama-jenis yang membara! Ta'i!

Pada hari ketujuh kunjungannya di Indonesia, Jan harus segera pulang ke Nederland. Aku mengantar-kan Jan ke Bandara Sukarno-Hatta. Ada rasa berat hati untuk melepaskan Jan dan berpisah dengannya. Bukan karena aku mencintainya, tetapi karena aku merasa berat berpisah dengan kenikmatan sewaktu ngentot atau bersetubuh dengan Jan. Setelah pesawat Jan take off,aku baru sadar bahwa selama ini aku bersetubuh dengan Jan tanpa kondom padahal aku tidak pernah tahu apakah Jan mengidap virus AIDS atau tidak!Tapi peduli apa? Yang sudah lewat, ya sudah! Kalau Jan mengidap virus AIDS, paling-paling sekitar dua bulan kemudian aku juga akan positif AIDS!Lalu, lima atau sepuluh tahun kemudian aku akan mati!Apa bedanya mati sekarang atau mati nanti? Tidak ada bedanya. Semua orang pasti akan mati!

[KONTOL]