Gay Erotic Stories

Namanya Enero, orang-tuanya memberi nama Enero,karena katanya dia lahir di bulan Januari."Enero" artinya "Januari" dalam bahasa Italia. Sehari-harinya dia dipanggil "Nerro",mirip nama Nero,kaisar Romawi yang kejam sadis,dan juga gila itu.Tapi nama Nerro berasal dari nama panjangnya Enero,bukan mengambil dari nama kaisar Romawi sialan itu. Tapi, seandainya Nerro juga kejam dan sadis itu sah-sah saja. Sebab, Nerro berwajah tampan dan bertubuh bagus, atletis, ketat, dan berotot. Aku sendiri adalah cowok homosex dan penikmat sado-masochist. Karena itu, tak heran jika aku mau tidak mau,suka tidak suka,sering terangsang jika jumpa Nerro.Bahkan aku tak malu-malu untuk berterus-terang di situs cabul MOTNES ini bahwa setelah aku jumpa Nerro di kantor, maka di rumah aku selalu onani sambil berfantasikan sedang dihajar,disiksa, diperkosa oleh Nerro yang tampan dan bertubuh atletis, ketat, berotot itu. Agh! Nikmattt!!! [Ha..Ha..Ha..!!!]

Aku yakin, cewek-cewek dan cowok-cowok homosex pasti akan tergetar jiwa dan nafsu-berahinya jika jumpa Nerro. Tapi karena Nerro selalu bersikap dingin dan acuh tak acuh, maka orang jadi enggan untuk mencoba mendekatinya atau buat berkenalan dengan Nerro. Meskipun nafsu berahi mereka menggelegak naik ke otak ingin bisa main cabul dengan Nerro.

Aku dan Nerro bekerja di perusahaan yang sama,yaitu di suatu perusahaan multi -nasional besar yang sudah go public. Aku masuk duluan, hanya beda sebulan dengan Nerro.Kedudukanku juga jauh lebih tinggi, maklum aku punya gelar Ph.D. dari luar-negeri. Berkat nasib-baikku terlahir di keluarga yang berada.Sedangkan Nerro tidak seberuntung aku. Meskipun dia berijazah D-3 [dulu disebut Sarjana Muda] tapi kedudukannya adalah sebagai Security Officer, hanya sedikit lebih tinggi dari level Satpam.Yah!Tapi Tuhan Maha Adil,Nerro bukan Ph D.dan hanya Security Officer,tapi wajah dan tubuhnya aduhai indah dan jantannya bagaikan seorang bidadara yang turun dari surga [bidadara adalah bidadari jenis laki-laki].

Sebagai Security Officer, di kantor, Nerro sering mondar-mandir di hall atau di gang-gang kantor kami. Atau dia berdiri di suatu sudut mengawasi keadaan. Wajahnya yang tampan,tubuhnya yang kokoh,serta sikapnya yang dingin dan selalu official[zakelijk] membuat penampilannya makin menggemaskan dan makin memukau saja! Tak heran jika aku suka mencuri-pandang jika Nerro berada di sekitarku. hasil curi- pandang itu menjadi modal yang sangat berharga bagiku untuk onani setibanya aku di rumah. Agh ! Ta'i !

Seperti umumnya para Security Oficer dan para Satpam, maka Nerro juga ikut shift piket atau jaga di luar jam kantor.Jadwal piket itu berputar atau rolling. Ada dua shift piket sesudah jam kantor, yaitu shift pertama pukul 16;00 - 23:00 dan shift kedua pukul 23:00 - 06:00. Tapi mereka yang piket shift kedua baru boleh meninggalkan kantor untuk pulang pukul 07:00 pagi.

NERRO SAKIT

Setiap hari aku tiba di kantor sekitar pukul 07:30. Pada suatu hari aku aku tiba di kantor dan menjumpai Nerro sedang duduk tertunduk di meja di dalam pos jaga. Seorang Satpam mengatakan bahwa Nerro demam tinggi. Aku pun mendekati dan memegang lengannya yang kekar dan aku merasakan bahwa tubuh Nerro demam.Kata Nerro dia sudah makan obat penurun panas. tapi demamnya tidak reda dan dia merasa badannya lemas.

Aku pun mengajak Nerro berobat ke rumah sakit terdekat. Di waktu yang sepagi itu belum ada pegawai lain yang datang, apalagi yang bawa mobil.Karena itu aku mengantar sendiri Nerro ke rumah-sakit. Aku menyetir mobil dan Nerro duduk di kursi depan.Hatiku berbunga-bunga karena dapat duduk dekat-dekat lelaki yang aku puja, kagumi dan "cintai" itu. Meskipun ada rasa khawatir dalam diriku akan kesehatan Nerro. Aku khawatir kalau-kalau Nerro sakit demam berdarah.

Mungkin karena hari masih pagi atau mungkin juga karena rumah sakit itu rumah sakit swasta yang mahal maka tidak tampak ada pasien yang berobat di ruang gawat darurat. Dokter jaga memeriksa Nerro dan aku dibolehkan hadir di kamar periksa. Aku membantu Nerro melepaskan baju untuk diperiksa. Itulah pertama kali aku melihat dengan mata kepalaku keindahan tubuh Nerro.Tubuhnya atletis, ketat dan berotot indah. Otot dadanya menonjol kedepan berhiaskan sepasang puting susu yang ketat,tegang dan melenting,tampak amat menggoda imanku ! Lengannya [biseps] besar dan kekar. Perutnya rata, berhiaskan tonjolan otot yang membentuk six-pack. Di bawah lengannya terbersit sebaris bulu keteknya yang tumbuh ringan dan memanjang di sepanjang dataran ketiaknya.Bulu-ketek-nya tidak lebat, tapi enak dilihat, dan mungkin juga nikmat kalau dijilat!

Sebelum dokter memeriksanya, Nerro sempat mengucapkan terima kasih kepada -ku dan minta maaf, karena telah merepotkan aku. tapi aku katakan aku tidak merasa repot dan aku senang bisa menemani Nerro. Kataku :

"Yang penting, Nerro cepat sembuh"

Menurut dokter,Nerro hanya sakit flu.Kata dokter masa itu memang musim flu dan banyak pasien flu berat - dengan demam tinggi dan badan terasa lemas. Sama seperti yang diderita Nerro. Aku lega, karena ternyata Nero bukan sakit demam berdarah.Dokter memberi resep untuk Nerro dan aku mengambilnya di apotik yang ada di rumah sakit itu. Setelah tiga hari, jika Nerro masih demam ia harus kontrol lagi ke rumah sakit. Seluruh biaya pengobatan karyawan yang sakit di perusahaan kami dibayar oleh perusahaan[asuransi].Karena itu,tak ada masalah dengan biaya berobat Nerro. Aku mengajak Nerro sarapan di kantin rumah sakit agar dia dapat minum obat. Nerro hanya makan sedikit, dia makan roti. Setelah semua beres,aku mengantar Nerro pulang ke rumahnya,di suatu komplex RSS [Rumah Sangat Sederhana].Tapi rumah-rumah di situ umumnya sudah dibangun dan diperbesar,termasuk rumah Nerro.Ternyata Nerro tinggal sendirian di rumah dan aku jadi tahu bahwa Nerro masih lajang belum kawin.Bisa jadi dia homosex [aku berharap], tapi boleh jadi di straight,hanya saja dia belum kawin.

Sesampainya di dekat rumah Nerro, aku membimbing Nerro turun dari mobil ke kamarnya dan membaringkannya di tempat tidur.Mobilku diparkir agak jauh dari rumah Nerro, sebab jalan itu tidak muat mobil.Tapi kata Nerro, di situ aman.Kata -nya memang di komplex itu banyak Satpam, security officer dan mantan aparat berseragam yang tinggal disitu. Bahkan mungkin juga preman jalanan atau debt collector, aku tak tahu !

Sesudah membaringkan Nerro di tempat tidur,aku menanyakan letak kunci lemari pakaiannya.Lalu aku pun mengganti pakaian Nerro dengan pakaian rumah agar dia bisa istirahat dengan nyaman. Disitu aku dapat melihat lagi tubuh Nerro yang indah dalam keadaan hanya berkancut. Lalu aku kenakan dia T-shirt dan celana pendek 3/4.Kata Nerro dia sudah mandi pagi di kantor dan dia sudah mengena-kan kancut yang bersih.Karena itu aku tak perlu mengganti kancutnya.Jika tidak, tentu aku bisa sekalian melihat kontol, jembut, dan biji peler Nerro yang sudah sejak lama aku rindukan. Tapi mungkin saat itu memang belum rezekiku !

Aku menelepon Sirlan, salah seorang Satpam yang katanya teman dekat Nerro dan aku minta gar Sirlan menemani dan menginap di rumah Nerro sampai dia sembuh. Ketika Sirlan datang, aku memberikan uang belanja secukupnya agar mereka bisa membeli makanan untuk dua atau tiga hari.

BERTEMAN DAN MAIN CABUL

Sejak kejadian itu, hubunganku dengan Nerro makin erat. Aku sering datang ke rumah Nerro dan Nerro juga kadang-kadang main atau menginap di rumahku. Nerro bersikap sangat baik padaku dan sangat penurut. Maklumlah aku juga berstatus bosnya di kantor.Kami sama-sama hobby latihan fisik, lari-pagi, latihan beban, dan latihan bela diri [karate]. Nerro rajin latihan fisik karena profesinya sebagai security oficer.Sedang aku rajin latihan fisik untuk menjaga penampilan tubuhku agar tetap menarik bagi lelaki yang suka hubungan sex sejenis.Karena itu kami juga sering latihan bareng. Kadang-kadang aku mengajak Nerro ke gym, fitness center atau sport center. Bahkan juga ke hotel di luar kota yang punya jogging track dan fasilitas olah-raga lainnya.

Seringkali kami juga mandi bareng [telanjang-bulat],setelah jogging atau latihan beban.Tentu saja aku harus menahan nafsu berahiku,jika aku pas mandi bareng dengan Nerro. Atau aku pura-pura tidak tertarik melihat kontolnya. Padahal aku suka sekali "mencuri pandang" kontol,jembut dan biji pelernya.Kontol Nerro besar dan disunat ketat. Aku yakin ukuran kontol Nerro tidak kalah besarnya dengan ukuran kontol Raja Kontol Ricardo Gelael. [Aku juga berharap semoga ukuran kontol Sean - Sang Perally Muda - juga tidak kalah besar dengan ukuran kontol Papa-nya. Syukur-syukur kalau lebih besar lagi.Amin].Jembut Nerro juga tumbuh luas, tebal, dan berwarna hitam. Indah sekali ! Benar-benar jembut lelaki sejati !

Suatu kali Nerro menginap di rumahku. Seperti juga Nerro, aku tinggal sendirian di suatu apartemen. Supaya praktis, di kamar tidur aku tak menyediakan tempat tidur melainan karpet.Aku juga tidur di karpet dan jika tidur malam aku tak pernah menutup jendela kamar tidurku.Sebab,apartemenku di lantai 10.Jadi, nyamuk tak kuat terbang setinggi itu. Kami tidur bersebelahan seperti sahabat atau saudara. malam itu aku iseng dan aku pura-pura bercanda memijat-mijat tubuh Nerro yang kekar itu.

Kami berdua biasa tidur tanpa baju hanya mengenakan kancut saja. Jika sedang sendirian aku biasa tidur telanjang-bulat - seperti umumnya cowok homosex yang rata-rata hipersex semua. Waktu aku pijat - Nerro mengomentari, katanya sambil bergurau :

"Iya. Pak. Enak. Bahu saya pegal. Saya kebanyakan latihan beban"

Aku pun duduk di samping Nerro sambil terus memijat punggungnya, sementara dia telungkup.Aku memang pernah kursus massage di luar negeri [Jepang].Oleh karena itu Nerro aku massage dengan sungguh-sungguh.Setelah semua bagian punggung Nerro selesai aku pijat.Nerro aku suruh terlentang,maksudku aku mau memijat lengan,dada dan tungkainya.Nerro menurut dan dia terlentang. Ketika aku menunduk, aku tak tahan lagi...dan ..aku pun mencipok dan menindihi tubuh Nerro sambil aku memeluk dan menggerayangi bagian depan tubuhnya:puting susunya,pinggangnya,jembutnya,kontolnya.Nerro menggelinjang, mungkin kaget dan geli,tetapi dia diam saja tak berkata apa-apa, tidak berontak, menepis atau protes. Dia tersenyum, sehingga aku makin menggila dan tambah bernafsu.

Setelah puas mencipoki mulutnya aku memplorotkan kancutnya dan akupun bisa menampak kontol Nerro yang besar dan disunat ketat itu. Dengan bernafsu aku menjilat, mengisap dan menyedot kontol Nerro. Tapi rupanya Nerro sudah lama tidak ngeloco [atau ngentot],karena baru dua tiga isapan,pejuhnya langsung muncrat keluar : CROOOOT! CROOOOT! CROOOOT!.

Sejak kejadian itu, jika sedang berduaan dengan Nerro,aku sering berpura-pura memijat-mijat tubuh Nerro dan selalu berakhir dengan pencabulan tubuhnya dan pengisapan kontolnya olehku.Sampai pejuhnya muncrat keluar : CROOOOOOT! CROOOOOOT! CROOOOOOT! Anehnya, Nerro selalu menurut saja. Meskipun dia pasif. Nerro seperti menyerahkan atau membiarkan tubuhnya untuk aku apa-apakan. Mungkinkah itu balas-budi Nerro karena aku telah menolongnya waktu dia sakit ?

EPILOGUE

Ada sekitar enam bulan aku bersahabat dengan Nerro, tiga bulan di antaranya disertai hubungan cabul.. Pada suatu hari, Nerro mengatakan bahwa dia pamit, karena dia akan pindah kerja ke luar negeri.Dia juga akan segera menikah.Meski -pun aku sangat kaget dan terpukul [shock], tapi aku pura-pura biasa-biasa saja. Aku pura-pura memberi nasehat ini-itu,padahal jiwa-ragaku seakan hancur-lebur berkeping-keping bagai Kerajaan Majapahit yang runtuh sejak masuknya agama Islam yang dibawa para saudagar dari Gujarat ke Nusantara.Atau seperti runtuh-nya kerajaannya Raja Erlangga akibat dahsyatnya letusan Gunung Merapi.

Ketika Nerro sudah berhenti kerja di perusahaan kami, aku putus kontak dengan Nerro.Aku telpon di HP dan di telpon rumahnya,tidak pernah direspons. Demikian juga e-mailku tidak pernah dijawab. Bahkan pada hari pernikahannya aku tidak diundang. Agaknya Nerro ingin mengubur masa lalunya bersama aku yang cabul dan bernuansa homosex itu.Aku paham dan pasrah. Meski demikian aku tetap cinta dan sayang pada Nerro-ku dan aku selalu berdoa agar Nerro sukses dan bahagia dalam hidupnya. Amin.

[JULIO FERNANDEZ]