Gay Erotic Stories

Jadi, meskipun aku sering dihajar dan disiksa oleh Bang Abdul, aku tetap diperlakukan setara - kecuali kalau aku sedang dijadikan sasaran nafsu sex sejenis atau nafsu sadisnya. Bagaimana pun juga pendidikanku yang tamat SMU dan otakku yang lumayan cerdas menyebabkan aku dan Bang Abdul dapat bergaul setara dengan enak di luar kamar tidur [yang merangkap kamar siksa].

Oleh karena itu kalau Bang Abdul mengajak aku ke luar kota,kami juga tinggal sekamar bahkan share tempat tidur di hotel, kalau kami mendapat kamar dengan satu tempat tidur besar. Di luar rumah, Bang Abdul bisa menahan nafsu sex sejenis dan nafsu sadisnya. Karena itu kalau ke luar kota, mulut atau lobang pantatku tidak pernah diembat kontolnya dan tubuhku tidak pernah dihajar Bang Abdul.

Kadang-kadang Bang Abdul masuk tim yang meliput acara kenegaraan atau pertemuan-pertemuan di lembaga pemerintahan. Aku kadang-kadang diajak ikut untuk membantu-bantu keperluan pribadi Bang Abdul.Supaya aku bisa masuk ke dalam lokasi acara kenegaraan, maka aku harus mempunyai kartu pers.Bang Abdul mengusahakan kartu pers untukku. Tidak sukar, di negara ini semuanya kacau. Asal punya uang, apa saja bisa dibeli. Tak heran jika seorang kacung seperti aku bisa punya kartu pers atau kartu wartawan. Ta'i!

Meskipun tidak dientot dan dihajar selama di luar kota, tapi tugas memandikan dan menceboki Bang Abdul tetap harus aku laksanakan, sekali-sekali aku juga disuruh mengisap kontolnya untuk mengentengkan biji pelernya dari tumpukan pejuh yang sudah penuh meluber!

Jika diajak ikut acara kenegaraan, aku sangat menikmati. Terutama karena aku bisa cuci mata melihat ajudan para Pejabat Negara atau Perwira Tinggi Militer.Ajudan umumnya ganteng-ganteng. Ada juga yang merangkap body guard. Oleh karena tubuh mereka tegap, tampak kekar, atletis dan berotot ketat. Membikin aku ngiler dan sering kali kontolku ngaceng melihat cowok-cowok yang jantan, menawan dan bertubuh indah itu. Ta'i!

Kalau sedang ada acara kenegaraan, rapat, sessi atau persidangan, maka para ajudan itu hanya menganggur saja. Padahal mereka itu Pegawai Negeri Sipil atau Anggota Militer/ Polisi yang dibayar dengan uang rakyat.

Bisa dibayangkan betapa sia-sianya uang rakyat dihamburkan untuk keperluan pejabat-pejabat ta'i sialan itu. Lebih gila lagi, ada isteri, suami, anak pejabat tertentu yang berhak dilayani oleh ajudan, sekretaris, pengawal, body guard, entah apa lagi,yang semua dibayar dengan uang rakyat. Ta'i!

Karena sering diajak ikut Bang Abdul meliput berbagai acara kenegaraan, maka aku jadi kenal dengan banyak ajudan, sekretaris, pengawal, body guard dari para pejabat dan perwira tinggi sialan dan ta'i itu!

Salah satunya, yang jadi favoritku, adalah Mas Bobby. Mas Bobby sungguh cowok ideal, yang jadi idamanku : tinggi, tampan, jantan dan atletis. Mas bobby adalah: entah staf, entah apa dari salah satu pejabat yang banyak berkeliaran di rapat-rapat kenegaraan. Aku sering duduk bareng dan ngobrol dengan Mas Bobby.

Karena aku sering berkumpul dengan kawan-kawan dari media masa, maka aku sering dikira wartawan atau sejenisnya. Padahal aku hanya kacung Bang Abdul saja!

Aku berharap bahwa pada suatu saat kelak, aku bisa menikmati tubuh Mas Bobby atau menyetubuhi-nya. Paling tidak, aku boleh mengisap kontolnya dan menelan pejuhnya.Itu sudah cukup! Tapi apa kah "My dream comes true". Cobalah simak certa cabulku ini. Ta'i!

Pada suatu kali aku diajak ke luar kota lagi oleh Bang Abdul. Sebetulnya, Bang Abdul sudah jarang meliput acara kenegaraan, apalagi di luar kota.Beliau kelihatannya mengkonsentrasikan pada acara-acara di studio saja.Tempat kegiatan jauh dari ibu-kota, di luar Jawa. Seluruh rombongan VVIP menginap di hotel yang sama,termasuk para wartawan yang meliput dan tentu saja para, staf, ajudan,pengawal dan entah apa lagi yang bertugas melayani bos-bos itu! Tak heran jika kamar hotel itu penuh dan para kacung - seperti ajudan dan pengawal pada tidak kebagian kamar - termasuk Mas Bobby.

Melihat Mas Bobby belum kebagian kamar hotel, otak bejat dan cabulku bekerja. Tanpa minta izin pada Bang Abdul [yang mebayar kamar hotel],aku menawarkan Mas Bobby masuk kamar Bang Abdul, tempat aku juga menginap.Kalau Bang Abdul marah, paling-paling au dihajar, aku toh sudah biasa dihajar oehh Bnag Abdul meskipun tidak punya kesalahan apa-apa. Demikianlah jalan pikiranku.

Mas Bobby setuju saja, dan segera dia memasukkan tas pakaiannya ke kamarku, kemudian dia segera berlalu, mungkin mengurs bos-nya.

Sekitar jam 22:00, barulah Mas Bobby kembali ke kamar,entah dari mana saja, aku tidak tanya.Yang jelas wajahnya yang tampan tampak lelah, mem-bikin aku tambah bernafsu.Aku paling terangsang jika melihat cowok ganteng menunjukkan guratan wajah kelelahan atau kesakitan.

Dia segera saja menjatuhkan dirinya, menelentang di tempat tidur.Aku "membantu" melepaskan sepatu dan kaus kakinya dan memijat tungkainya. Dia merasa nyaman, katanya :

"Agh! Enak Mas", katanya.

Aku terus saja membantunya, dan Mas Bobby tidak protes.Bahkan waktu pakaiannya aku lepaskan satu per satu pun, Mas Booby diam saja.Sampai akhir-nya Mas Bobby telanjang bulat menelentang. Dia tertidur.

Tapi aku tidak berhenti bekerja. Melihat kontol-nya yang besar serta disunat ketat dan setengah ngaceng itu,aku merasa perlu untuk mengisapnya. Apalagi tubuh Mas Bobby cukup indah, dengan otot perut yang rata, dada otot dada yang menonjol ke depan, dan dihiasi oleh dua puting susu yang ketat, melenting dan siap dijilat. Aku tak tahan lagi.....

Aku berpikir, kalau Bang Abdul tiba-tiba masuk kamar, aku pasti dihajar. Tapi kalau aku dihajar justru terasa tambah nikmat bagiku, bagaikan makan gado-gado ditambah sambal yang pedas. Agh! Nikmat! Ta'i!

Aku pun mulai mengisap kontol Mas Bobby. Rupanya meskipun sedang tidur lelap, tetapi kontol Mas bobby "tetap hidup dan bekerja seperti biasa". Berkat isapan mulutku dan jilatan lidahku, aku lihat kontol Mas Bobby makin tegang, ketat dan merangsang untuk dilihat.

Barangkali karena sedang tidur, tanpa aba-aba atau lenguhan, melainkan hanya dengkuran ringan akibat kelelahan, pejuhnya muncrat dari lobang kencingnya : CROOOOOT! CROOOOT! CROOOOOT! Indah, jantan dan amat kelaki-lakian tampaknya. Dengan hati-hati, pejuhnya aku sruput masuk mulutku dan aku telan ke dalam lambungku. Sementara itu Mas Bobby tetap tidur nyenyak. Mungkin dia bermimpi sedang ngentot dengan bininya yang baru dikawin kurang dari setahun yang lalu. Tapi tak apa..... Yang penting aku sudah mencicipi pejuh Mas Bobby! Kapan lagi? Ta'i!

[JEMBUT MAS BOBBY]